Hello pembaca koran blog Engino &
Enginy
,

Tidur merupakan satu hal yang menyengkan
bagi setiap orang. Iya tidak? Pastinya. Ada beberapa orang dengan sifat
mempunyai rasa kantuk setiap saat dimanapun ia duduk, berdiri loh (kayaknya doyan
banget ama bantal
). Namun, ada loh beberapa orang yang gak suka dengan yang
namanya tidur. Sebernarnya mereka bukan tidak suka tidur, tapi mengalami
gangguan (atau sedikit aneh) pada saat tidur yang kita sebut sulit tidur. Kondisi
ini seringkali dikenal anak muda zaman sekarang dengan sebutan insomnia. Hayo, mungkin itukah kamu?

Lalu, apasih sebenarnya insomnia itu
? Menurut situs pencari “Wikipedia”,
yang dimaksud dengan insomnia adalah gejala kelainan
dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur
atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Banyak penderita insomnia
tergantung pada obat
tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat adiktif memiliki potensi untuk
menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat
tidur tanpa obat tersebut (wah, bahaya uda klo kayak gini. Iy kan?)

Diluar masalah insomnia, kebanyakan mahasiswa tidur larut malam. Entah apa yang
mereka lakukan, kebanyakan dari mereka beralasan harus menyelesaikan tugas
mereka yang dikasih ama dosen-dosen yang seambruk (bisa jadi segudang #wuuuu~~~
lebey beuuudd
). Tapi yang jelas, tindakan untuk tidur larut malam tidak
sepenuhnya bermanfaat loh teman-teman semua. Berdasarkan research yang
dilakukan oleh tim jurnalistik (mav
ea agak lebey dikit, hehehe
), ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat
keseringan tidur larut malam. Mau tau? Yuk cekidot dibaca ea 



Dampak-dampak yang akan menyerang tubuh teman-teman ketika teman-teman
tidur larut ini dalam jangka waktu
panjang, yakni sebagai berikut
:
·
Mempengaruhi
Otak
Kekurangan tidur dapat mempengaruhi kerja
otak. Sebuah studi di UCSD Sekolah Obat-obatan dan Sistem Pengobatan Maju di
San Diego, dengan menggunakan teknologi imaging gelombang magnetis untuk
memantau kerja otak dalam keadaan kurang tidur, menunjukkan bahwa otak bagian
cortex frontal menunjukkan aktifitas yang lebih banyak. Meskipun demikian,
kinerja memori menurun sangat drastis pada kondisi ini. Penelitian pada hewan
dalam keadaan kurang tidur juga menunjukkan penigkatan dalam produksi hormon
stress, yang bisa saja menghambat regenerasi sel pada otak prang dewasa.
Beberapa kejadian serangan syaraf yang berdampak kematian terjadi karena sang
korban kurang atau bahkan tidak pernah tidur malam. Pernah seorang supir
meninggal dunia pada umur 32 karena tidak pernah tidur malam selama kehidupan
bekerjanya, padahal ia orang yang menjaga kesehatan, tidak memiliki penyakit,
dan kuat.
·
Konsentrasi
menurun
·
Pelupa
·
Ceroboh – Para
ahli mengungkapkan, kurang tidur akan membuat kemampuan motorik kita melambat dan
kurang gesit. Akibatnya, kita jadi sering gugup, menabrak atau menumpahkan
sesuatu. Hal itu disebabkan refleks kita berkurang dan otak kita kurang fokus
sehingga kita jadi terlihat seperti orang ceroboh.
·
Kecelakaan –
Kurang tidur adalah salah satu faktor bencana terbesar dalam sejarah selain
kecelakaan nuklir di Three Mile Island tahun 1979, tumpahan minyak terbesar
Exxon Valdez, krisis nuklir di Chernobyl 1986, dan lain-lain. Terdengar
berlebihan, tetapi harus disadari karena kurang tidur juga berdampak pada
keselamatan setiap hari di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu mengemudi;
setara dengan kondisi mabuk saat menyetir. Sebuah penelitian yang dilakukan
Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika memperkirakan bahwa
kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian
terjadi selama setahun di Amerika Serikat, dimana korbannya masih berumur 25
tahun kebawah.
·
Memicu Rasa
Gelisah – Rasa gelisah setiap malam pasti akan terus menghantui para penggemar
begadang yang memiliki kualitas tidur buruk; reaksi tubuh pun bisa menurun.
Yang lebih kronis lagi, perasaaan bahagia tidak akan menghampiri hidup mereka
yang kurang tidur. Joyce Walsleben, PhD menyebutkan bahwa tidur dan suasana
hati diatur oleh zat kimia otak yang sama. Hal ini dapat meningkatkan risiko
pengembangan depresi, tapi mungkin hanya bagi mereka yang sudah rentan terhadap
penyakit.
·
Menyebabkan
depresi – Dalam studi tahun 1997, peneliti dari Universitas Pennsylvania
melaporkan orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari
menyebabkan stress, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang
tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi. Gangguan tidur yang
paling umum yaitu insomnia yang memiliki kaitan kuat dengan depresi. Dalam
studi tahun 2007 melibatkan 10.000 orang, terungkap bahwa pengidap insomnia 5
kali lebih rentan depresi. Bahkan, insomnia sering menjadi salah satu gejala
pertama depresi. Insomnia dan tidak nafsu makan akibat depresi saling berhubungan.
Kurang tidur memperparah gejala depresi dan depresi membuat anda lebih sulit
tidur. Sisi positifnya, pola tidur yang baik dapat membantu mengobati depresi.
·
Gangguan jiwa – Berdasarkan penelitian,
kekurangan tidur dapat membantu menjelaskan misteri dari meningkatnya gangguan
jiwa di antara anak muda pada dekade ini. Terbiasa begadang untuk menjelajah
internet dan chatting di situs jejaring sosial menjadi alasan bagi remaja
mengalami kurang tidur. Penelitian itu melibatkan sekitar 20 ribu remaja berusia
17 hingga 24 tahun sebagai subjek penelitian. Kesimpulannya, mereka yang tidur
kurang dari lima jam sehari ternyata tiga kali lebih berpotensi mengidap
tekanan secara psikologis di tahun berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian itu
yang diterbitkan oleh Journal Sleep, satu jam kekurangan tidur punya berarti 14
persen risiko gangguan mental. Professor Nicholas Glozier, yang memimpin
penelitian itu, mengatakan bahwa gangguan tidur atau secara khusus disebut
insomnia merupakan sebuah prediktor dari berkembangnya depresi pada masa
selanjutnya maupun perasaan gelisah. Kurang tidur juga berhubungan dengan
masalah kesehatan mental berjangka panjang. Kebanyakan gangguan kesehatan
mental kadang kambuh dan hal itu tidak pernah berangsur sembuh dan itulah yang
beliau minati secara khusus. Professor yang meneliti pengobatan psikiatri dan
tidur di Universitas Sydney ini percaya bahwa kekurangan tidur berkontribusi
bagi peningkatan tingkat depresi.
·
Meningkatkan
resiko kematian
Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti
Inggris menemukkan bagaimana pola tidur mempengaruhi angka kematian lebih dari
10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian
yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam
sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor, bahkan kurang
tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler. Kurang tidur juga dapat memengaruhi penafsiran tentang
peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat kita tidak bisa menilai situasi
secara akurat dan bijaksana. Orang yang kurang tidur sangat rentan terhadap
penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap
sesuatu.
·
Mudah Lapar
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur
bisa mengganggu kadar gula darah dan menyebabkan tubuh memproduksi sedikit
leptin, hormon pengendali nafsu makan, dan menghasilkan lebih banyak ghrelin
(kebalikan dari leptin). Karena faktor perubahan biologis ini, tak heran jika
masih merasa lapar meski baru saja makan yang banyak. Orang yang sedang dalam
kelelahan, biasanya lebih suka mengonsumsi gula dan karbohidrat sederhana.
Akibatnya, tubuh selalu menagih karbohidrat karena gula darah turun dengan
cepat dan perut selalu terasa lapar. Kurang tidur bisa melenyapkan hormon yang
mengatur nafsu makan. Akibatnya, keinginan menyantap makanan berlemak dan
tinggi karbohidrat akan meningkat. Sehingga menyebabkan orang yang gemar
begadang akan terus menginginkan asupan kalori tinggi.
·
Tubuh jadi melar
Jika mengabaikan efek kurang tidur, maka
bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan
dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan dan kemungkinan bisa menjadi
obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2004, orang-orang yang tidur kurang dari
enam jam sehari cenderung menjadi lebih gemuk hampir 30 persen daripada mereka
yang tidur tujuh sampai sembilan jam sehari. Penelitian terakhir terfokus pada
hubungan antara tidur dan peptida yang mengatur nafsu makan. Ghrelin merangsang
rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu
makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan
dalam ghrelin. Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga
merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat.
Riset yang tengah berlangsung meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi
bagian standar dari program penurunan berat badan.
·
Rentan terserang Diabetes – Gula adalah
bahan bakar setiap sel dalam tubuh Anda. Jika proses pengolahannya terganggu
bisa menyebabkan efek buruk. Dalam penelitian yang dilakukan Universitas
Chicago, AS, yang meneliti sejumlah orang selama 6 hari, mendapatkan kondisi
ini bisa mengembangkan resistansi terhadap insulin, yakni hormon yang membantu
mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel.Mereka yang tidur kurang dari
6 jam per malam dalam penelitian 6 hari ini menemukan, terjadi proses
metabolisme gula yang tidak semestinya. Akibatnya bisa menyebabkan timbulnya
diabetes.
·
Gangguan
pencernaan
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr H.
Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyebutkan bahwa kala malam, kadar asam
lambung meningkat. Ini diperparah dengan makanan dan minuman teman begadang.
Beliau menyarankan untuk tidak makan makanan berlemak. Pasalnya, makanan
berlemak membuat kerja lambung semakin berat dan lambat.
·
Mempengaruhi
kesehatan kulit
Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan
mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaaan tersebut benar
karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis
halus pada wajah dan lingkaran hitam di bawah mata. Bila Anda tidak mendapatkan
cukup tidur, tubuh Anda melepaskan lebih banyak hormon stress atau kortisol.
Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit, atau
protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis. Kurang tidur juga dapat
menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika kita
masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini
membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang. “Ini
terjadi saat tubuh sedang tidur nyenyak- yang kami sebut tidur gelombang lambat
(SWS) – hormon pertumbuhan dilepaskan,” kata Phil Gehrman, PhD, CBSM, Asisten
Profesor Psikiatri dan Direktur Klinis dari Program Behavioral Sleep Medicine
Universitas Pennsylvania, Philadelphia.
Gimana? Masih mau tidur larut malam?
(#tapi, bukan berarti tidak menyelesaikan tugas dari dosen ea teman-teman J)
1 Komentar
oke terima kasih banyak artikelnya gan
BalasHapus