Hallo para pembaca koran Engino & Enginy..
Kali
ini, tim jurnalistik akan sedikit berbagi ilmu nih yang menyakut keselamatan
bersama lo. Sebelum mulai ke topik yang ingin dibahas, tim jurnalistik ingin
bertanya dulu nih, “pernahkan teman2 semua klo makan menyisakan sisa makanan di
pringnya?”. Bagi yang gak pernah, wahh hebat #laper ato kesukaaan? :D. Tapi,
jika teman2 semua pernah menyisakan sisa makan dipringnya, hati’ loh. “emang
kenapa?”. Yuk mari dibaca uraian singkat berikut.
Fakta ilmiah menunjukkan
bahwa sampah organik (termasuk sisa makann) adalah salah satu penyumbang Gas
Rumah kaca dalam bentuk metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) Lo. Pembuangan
sampah melalui Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) mengakibatkan sampah organik yang
tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, proses itu menghasilkan gas
CH4 (metana). Metana sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih
besar daripada CO2.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup
RI memperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari sekitar 500
juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer sebesar 9.500 ton. Wah,
bayangkan coba? Ngerikan? #wuuuu~~~~. Oleh karena itu mari kita semua
bertanggung jawab atas sampah, dan jangan sepelehkan sisa makanan ea. Selain kita
membantu mengurangi dan mencegah pembentukan gas metana, dalam agama juga
menganjurkan kita untuk tidak mubazir dan harus menghabiskan makan kita. Ok
teman2 gimana? Yuk habiskan makan kita! (dri).
0 Komentar